( Menteri Muda Perumahan Rakyat 1978 – 1983 )
( Menteri Negara Perumahan Rakyat
1983 – 1988 )
(Menteri Tenaga Kerja 1988 – 1993 )
reisumut.com – Jakarta
Cosmos Batubara lahir di Purbasaribu, Simalungun, Sumatera Utara pada
tanggal 19 September 1938. Ia adalah seorang politikus Indonesia. Di masa
Mahasiswanya Cosmos Batubara adalah Ketua Presedium Pengurus Pusat Perhimpunan
MahasiswaKatolik Republik Indonesia ( PMKRI) dan Presidium KAMI Pusat. Dia
adalah pelopor Gerakan Mahasiswa Angkatan 66 yang disegani. Ia pernah menjabat
Menteri Muda Perumahan Rakyat ( 1978 – 1983). Menteri Negara Perumahan Rakyat
(1983 – 1988 ) dan Menteri Tenaga Kerja ( 1988 – 1993 ), ketiganya dalam masa
pemerintahan Presiden Soeharto. Ada kebanggaan tersendiri bagi Cosmos Batubara
saat itu di tunjuk oleh Presiden Soeharto sebagai orang pertama yang dipercaya
menjadi Menteri Muda Perumahan Rakyat,” Saya masih ingat . Waktu itu saya
sedang itu saya sedang berolah raga., tiba – tiba ada panggilan untuk menghadap
Presiden Soeharto. Saya masih ingat hal itu.” Ujar Cosmos Batubara. Saya ingat
dialog awal saya dengan Pak harto tahun 1978.” Saudara Cosmos sudah mengikuti
siding MPR dan diminta mengikuti Garis Besar Haluan Negara Sekarang saya minta
Saudara membantu saya untuk memperhatikan masalah papan pada Kabinet
Pembangunan III. Karena pada Pelita I dan II , masalah sandang dan pangan sudah
teratasi, dan perhatian saya pada masalah papan. Jadi Saudara Cosmos membantu
saya laksanakan GBHN dibidang papan,” demikian kata Pak Harto. Cosmos Batubara
tak langsung menerima pinangan menjadi seorang Menteri Muda Perumahan Rakyat
begitu saja. Ada semacam ambivalensi dalam diri Cosmos Batubara saat mendengar
ucapan Pak harto yang menunjuk dirinya menjadi Menteri Muda Perumahan Rakyat.
Pasalnya Cosmos hanya seorang sarjana FISIP dan anggota DPR, serta aktif salah
satu partai,” Saya belum punya pengalaman dalam bidang perumahan Pak.” Ujar
Cosmos Batubara penuh penasaran . Pak harto lantas menjawab dengan nada datar
,” Ya saya tahu hal itu. Tapi Saudara
saya tugaskan bukan menukangi rumah, tetapi melakukan koordinasi lembaga – lembaga yang menangani perumahan
dan mencapai sasaran yang ditargetkan.” Mendengar jawaban Pak Harto . Saya lega
, dan menerima tugas itu. Assignment dari Presiden sangat jelas dan ini sangat
berkesan. Saya pun merasa mantab menyusun rencana untuk lima tahun kedepan.
Diantaranya: 1) Memperhatikan Perumahan untuk masyarakat menegah kebawah dan
menengah. Artinya rumah untuk gol1 dan golong II atau prajurit dibawah perwira,
sampai golongan III atau perwira pertama TNI/Polri . Profil kelompok masyarakat
yang ditangani adalah PNS dan ABRI (TNIdan Polri ), artinya 75 persen yang
berpenghasilan tetap, dan 25 persen untuk karyawan swasta. 2), Menentukan
cicilan rumah tidak melebihi 20 persen pendapatan suami istri supaya mereka
tetap bisa membiayai hidup sehari – hari. 3) Khusus proyek Perumnas, bagi
mereka yang tidak mampu membayar uang muka, diberi opsi menyewa dulu. Jadi uang
sewa ini dianggap sebagai uang muka sehingga keluarga ini bisa mendapatkan KPR
dari BTN, ini kebijakan yang jelas dan tegas. Dari Dulu. Uang muka sudah
menjadi persoalan. 4) Perumnas dan swasta membangun rumah, dan BTN menyediakan
KPR, dengan cara – cara seperti ini, dana – dana yang datang dari APBN,
disalurkan ke BTN, lalu BTN memberikan KPR dengan kebijakan subsidi silang. PNS
dan ABRI ada yang bayar 5 persen, 7 persen, 9 persen dari KPR. Jadi subsidi
silang. Saya merasa berhasil membangun perumahan rakyat pada periode 1978 –
1988 karena saya mendapatkan dukungan dari Menko ekuin dan menkeu. Jadi
kebijakan pemerintah betul – betul diwujudkan dengan dukungan semua pihak,”
ujar Cosmos Batubara.
Solusi Penanganan Kumuh
Menurut Cosmos Batubara, setiap pergantian Menteri selalu berganti
kebijakan pula. Oleh karena itu, kelak di masa depan, kebijakan pembiayaan
perumahan harus sinkron. Perumnas, REI, Apersi, Koperasi dan Perbankan harus
dilibatkan. Dana semua ini dari APBN. Kementerian harus berkordinasi dengan DPR
penentu anggaran. Yang perlu dilakukan, adalah urban renewal, peremajaan kota,
itu harus dilakukan di perkotaan, permukiman padat , mengapa misalnya di
perkotaan yang padat penduduk itu, tidak diremajakan dan dijadikan hunian rumah
susun 4 lantai ? ini bisa menjawab masalah kelangkaan tanah di kota besar.
Jadi Konsepnya, 1 hektar permukiman padat dan kumuh, bisa menampung 4
hektar permukiman serupa lainnya. Kita bangun kampong bersusun. Artinya
perilaku dan tradisi masyarakat kampong tidak hilang, dimana mereka biasanya
sangat solider satu sama lain. Antara Rusun satu dengan lainnya bisa saling
terhubung. Jika ini dapat diwujudkan. Wjah kota akan lebih indah. Sehingga akan
banyak ruang terbuka hijau dapat tersedia. Dan Metode di atas pun bisa menjadi
solusi masalah permukiman kumuh.
Keuntungan lainnya, jika kita membangun hunian vertical, masyarakat
tidak lagi kebanjiran, lahan parker dan public space pun tersedia lebih banyak.
Peremajaan Daerah Kumuh.
Orang yang bekerja di wilayah Jakarta. Namun tinggal di pinggiran
seperti Bogor, Depok, Tanggerang dan Bekasi. Tapia pa daya, jarak yang jauh
terpaksa harus ditempuh, karena keterbatasan lahan di Jakarta dan tingginya
harga property perumahan. Untuk itu DKI Jakarta perlu melakukan peremajaan
kota. Menurut komisaris independen sejumlah perusahaan pengembang property di
Indonesia. Cosmos Batubara, tantangan property kedepan masih sangat besar.
Khususnya wilayah di kota besar seperti Jakarta, daerah kumuh perlu diremajakan
dan adanya perbaikan segala bidang. Hal ini dikarenakan masih banyaknya daerak
kumuh yang berada di lokasi – lokasi cukup strategis. Selain itu juga perlu
dibangun rusun yang cukup memadai,” Back to city menjadi jawaban masyarakat
yang ingin memiliki rumah di wilayah Jakarta. Hanya dengan peremajaan daerah
kumuhlah, hal tersebut dapat terjawab. Guburnur DKI terpilih, harus
mengkampanyekan peremajaan kota ini guna menjawab persoalan ibukota. Dengan
begitu bisa juga memperbaiki daerah hijau di perkotaan, “ ujarnya,
Dikatakan, Jakarta harus masuk pada peremajaan kota, agar bisa
mewujudkan kesejahteraan masyarakat pada urusan papan. Presiden Komisaris Agung
Podomoro land ini menegaskan hanya pihak yang mau memperbaiki kemampuan, memperbaiki
mutu dan tak berpuas diri saja yang maju. Sementara yang cukup puas dan tidak
mau berbenah, akan tertinggal.” Bila itu terlaksana. Berarti menuju memberikan
yang terbaik bagi masyarakat. Pemimpin juga baiknya memberikan yang terbaik
buat Negara,; tutur mantan Menteri Muda Perumahan Rakyat (1978 – 1983 ) dan
Menteri Negara Perumahan Rakyat ( 1983 – 1988 ) (rzl/Hm)